Memfasilitasi kesejahteraan dan kualitas hidup secara keseluruhan dengan mendukung kemampuan individu dalam terlibat dalam aktivitas penting dan bermakna adalah salah satu tujuan terapi okupasi. Melalui terapi, diharapkan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari yang sebelumnya tak bisa dilakukan seorang diri. Berdasarkan tujuan ini, secara tidak langsung, memperlihatkan akan pentingnya peran terapis okupasi. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan terkait terapi okupasi, dimulai dari pengertian, lalu kondisi yang memungkinkan dibutuhkannya terapi okupasi, dan peran terapis okupasi.
PENGERTIAN TERAPI OKUPASI
Terapi okupasi atau occupational therapy (OT) adalah cabang dari perawatan kesehatan yang membantu klien dari segala usia yang memiliki masalah fisik, sensorik, atau kognitif. Terapi okupasi dapat membantu klien dalam mendapatkan kembali kemandirian di semua bidang kehidupan mereka (Finlan, 2020). Dalam hal ini, yang berperan dalam terapi okupasi adalah terapis okupasi.
Terapis okupasi membantu mengatasi hambatan yang memengaruhi kebutuhan emosional, sosial, dan fisik seseorang. Untuk melakukan ini, mereka menggunakan aktivitas sehari-hari, olahraga, dan terapi lainnya (American Occupational Therapy Association, 2023). Intervensi terapi okupasi menggunakan aktivitas kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam aktivitas penting dalam hidup.
KONDISI YANG MEMBUTUHKAN TERAPI OKUPASI DAN PERAN TERAPIS OKUPASI
Kondisi yang umumnya membutuhkan terapi okupasi diantaranya (Himani, n. d, dalam MantraCare):
Radang sendi (arthritis), adalah suatu kondisi yang menyebabkan peradangan dan nyeri pada persendian. Terapis okupasi dapat membantu penderita radang sendi dengan mengajari mereka cara merawat persendian dengan benar, dan dengan memberi mereka latihan yang dapat membantu meningkatkan fungsi persendian.
Gangguan spektrum autisme, adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi komunikasi dan interaksi sosial. Terapis okupasi dapat membantu orang dengan gangguan spektrum autisme mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Cerebral palsy (CP), adalah gangguan neurologis yang memengaruhi gerakan dan tonus otot. Terapis okupasi dapat membantu orang dengan CP meningkatkan keterampilan motorik mereka dan belajar bagaimana beradaptasi dengan kekurangan mereka.
Demensia, adalah penurunan kemampuan kognitif karena penyakit atau cedera. Dengan bantuan terapis okupasi, penderita demensia masih bisa hidup mandiri dan berpartisipasi dalam aktivitas yang mereka sukai.
Sindrom Down, kondisi ini menyebabkan keterlambatan dalam keterampilan fisik, kognitif, dan adaptif. Banyak anak dengan sindrom Down memerlukan terapi okupasi untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan motorik halus yang diperlukan untuk tugas sehari-hari seperti makan dan berpakaian sendiri.
Stroke, kondisi ini sering digambarkan sebagai "serangan otak" dan terkadang dapat mengancam jiwa. Sering kali, orang yang mengalami stroke akan mengalami kelumpuhan pada salah satu sisi tubuhnya serta masalah bicara dan penglihatan. Terapis okupasi dapat membantu pasien mendapatkan kembali beberapa tingkat fungsionalitas dan kemandirian dengan mengerjakan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti makan dan berpakaian.
Multiple sclerosis, adalah kondisi yang menyerang sistem saraf pusat. Ketika seseorang menderita multiple sclerosis, sistem kekebalannya menyerang sistem saraf pusat yang menyebabkan peradangan dan kerusakan pada selubung mielin. Terapis dapat membantu pasien beradaptasi dengan gaya hidup baru mereka dan membantu mengatasi hal-hal seperti kelelahan dan nyeri.
Penyakit parkinson, terapis okupasi dapat membantu dengan melatih kembali pasien tentang cara menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari dan dengan menyediakan peralatan adaptif.
Sindrom carpal tunnel, jenis kondisi ini disebabkan oleh kompresi saraf median di pergelangan tangan. Terapis okupasi dapat membantu dengan memberikan latihan, bidai, dan perawatan lain untuk meredakan gejala dan meningkatkan fungsi tangan
Asperger, yaitu kondisi ini ada pada spektrum autisme. Orang dengan Asperger sering mengalami kesulitan dengan interaksi sosial dan mungkin tampak tidak peka karena mereka tidak memahami isyarat sosial. Terapis okupasi dapat membantu pengidap kondisi ini belajar cara berinteraksi lebih baik dengan orang lain.
KESIMPULAN
Occupational therapy (OT) atau terapi okupasi adalah cabang dari perawatan kesehatan yang membantu klien dari segala usia yang memiliki masalah fisik, sensorik, atau kognitif. Terapi okupasi dapat membantu klien dalam mendapatkan kembali kemandirian klien. Ada 10 kondisi umum yang memerlukan terapi okupasi, diantaranya adalah radang sendi, autisme, cerebral palsy, demensia, sindrom Down, stroke, sklerosis multipel, parkinson, carpal-tunnel syndrome, dan asperger.
REFERENSI
American Occupational Therapy. (2023). What is occupational therapy?. Retrieved from
https://www.aota.org/about/what-is-ot
Finlan, T. (2020). Occupational Therapy. Retrieved from
https://kidshealth.org/en/parents/occupational-therapy.html#:~:text=Occupational%20therapy%20(OT)%20is%20a,%2C%20social%2C%20and%20physical%20needs.
Himani. (n. d). 10 Conditions Occupational Therapists Treat. MantraCare. Retrieved from
https://mantracare.org/physiotherapy/conditions/conditions-occupational-therapists-treat/
Comments