Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu pelayanan yang paling banyak dibutuhkan masyarakat. Tempat melakukan pelayanan kesehatan sebagian besar dilakukan di rumah sakit. Dalam memberikan pelayanan kesehatan profesi keperawatan ikut ambil bagian dan masuk ke dalam tim kesehatan. Berdasarkan lokakarya Nasional pada bulan juli 1983 telah disepakati bahwa keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spritual- yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Salah satu pelayanan keperawatan yang diberikan adalah pada pasien khusus yang membutuhkan dialysis, yang sering disebut dengan hemodialisa. Hemodialisa merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dengan mengatur cairan serta elektrolit tubuh. Pelaksanaan hemodialisa digunakan untuk pasien yang menderita gagal ginjal stadium akhir atau pasien yang memiliki penyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat. Hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien
Pasien Hemodialisis biasanya beranggapan bahwa cuci darah adalah ahir dari segalanaya, mereka berpikir tidak dapat beraktivitas dan kehidupannya tidak akan sama lagi seperti orang dan masyarakat pada umumnya. Manajemen penyakit ginjal kronis (CKD) yang berhasil biasanya melibatkan pertimbangan beberapa perubahan gaya hidup dan perawatan yang dapat meningkatkan hasil kesehatan pasien. Kompleksitas perubahan perilaku dan keputusan perawatan yang harus dibuat oleh pasien, dengan dukungan dari tim perawatan mereka, dapat mengurangi motivasi mereka untuk mengatasi CKD dan mengarah pada hasil pengobatan yang lebih buruk.
Tujuan utama Hemodialisis adalah untuk mengembalikan suasana cairan ekstra dan intrasel yang sebenarnya merupakan fungsi dari ginjal normal. Dialisis dilakukan dengan memindahkan beberapa zat terlarut seperti urea dari darah ke dialisat, dan dengan memindahkan zat terlarut lain seperti bikarbonat dari dialisat ke dalam darah. Kerja sama antara perawat dan pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Seperti peran perawat dengan memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan sikap yang baik kepada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Faktor lain yang juga mampu mempengaruhi kualitas hidup pasien yakni pemahaman terhadap nilai-nilai spiritual/agama yang diimani oleh setiap indifidu, yang membuat seseorang itu mampu menenangkan dirinya sendiri dengan berprasangka baik terhadap apa yang dideritanya.
Perawat yang bertugas di ruang hemodialisa tentunya sudah memiliki kompetensi serta pengalaman yang cukup untuk membantu pasien yang memang membutuhkan hemodialisa. Perawat hemodialisa biasanya dituntut untuk sudah memiliki sertifikat pelatihan khusus untuk unit hemodialisa. Kompetensi tersebut penting adanya untuk dapat memberikan perawatan yang cukup intensif kepada pasien hemodialisa. Menurut American Nurse Association menetapkan bahwa praktik keperawatan hemodialisis merupakan praktik keperawatan lanjut yang diberikan oleh perawat dengan tingkat Pendidikan sarjana dan memiliki sertifikat pelatihan dialysis. Dengan demikian maka, kualitas hidup klien hemodialisa dapat terjamin dengan baik. Tindakan hemodialisa ini sangat erat kaitannya dengan kualitas hidup pasien. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk meneliti kualitas hidup klien setelah melaksanakan dialysis. Menurut penelitian, menunjukkan bahwa klien hemodialisis mengalami ketidakstabilan dalam emosi, tekanan psikologis, beban keuangan, kurang dukungan sosial, dan kurangnya pengetahuan terhadap penyakitnya. Oleh karena itu, peran perawat di unit hemodialisis ini tidak hanya untuk membantu melaksanakan dialysis kepada pasien, tetapi juga harus bisa mengatasi masalah psikologis pasien setelah melakukan hemodialisis.
REFERENSI
Black, J. M., & Hawk, J. H. (2005). Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive Outcome 7th Edition.
Philadelphia: W. B Sounders Company.
Broccop, D. Y., & Tolsma, M. T. H. (2005). Fundamentals of Nursing Research. Boston: Jones & Bartlett Publishers, Inc.
Comments