top of page
Gambar penulisMR Waridah

Perbedaan Peran Nutritionist, Dietisien, dan Dokter Gizi


Nutritionist

Peran Indonesia dalam pengembangan ilmu gizi di dunia dimulai sudah sejak lama. Semuanya dimulai ketika ditemukannya vitamin B1 oleh Eijkman, seorang dokter Belanda pada tahun 1898. Riset dalam bidang gizi yang dilakukan oleh Eijkman (1898) membuktikan bahwa terjadinya beberapa penyakit dapat disebabkan karena tidak adanya suatu zat tertentu dalam pangan. Inilah yang menjadi pelopor munculnya ilmu gizi. Artikel ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang pengertian ahli gizi dan bagaimana peran ahli gizi, serta yang membedakannya dari dietisien dan dokter spesialis gizi.


AHLI GIZI/NUTRITIONIST

Ahli gizi atau nutritionist merupakan tenaga spesialis yang menyediakan informasi tentang gizi dan masalah kesehatan serta mengedukasi terkait pola makan yang sehat (AIPGI, 2018). Di Indonesia, seorang ahli gizi menyelesaikan pendidikan dalam bidang ilmu gizi di perguruan tinggi terakreditasi dan mendapatkan gelar Sarjana Gizi (S.Gz.) atau Magister Gizi (M.Gz.). Peran dari ahli gizi berfokus pada memberikan saran seputar masalah kesehatan dan gizi serta merumuskan informasi untuk masyarakat atau klien. Ahli gizi bisa memberikan rekomendasi terkait makanan atau kebiasaan makan untuk mencegah penyakit atau meringankan masalah tertentu (Lestari, 2022). Akan tetapi, ahli gizi tidak dapat bekerja di rumah sakit dan menangani orang-orang dengan masalah medis. Registered dietitian (RD) adalah orang yang menangani hal ini.


DIETISIEN

Dietitian atau dietisien adalah seorang ahli yang telah melalui penyetaraan formal gelar RD (Registered Dietitian). Di Indonesia, seorang dietisien adalah tenaga kesehatan profesional yang memiliki kualifikasi universitas terakreditasi di bidang atau program akademi gizi (B.Sc Gizi), Diploma III Gizi (Ahli Madya Gizi), Diploma IV Gizi (Sarjana Terapan Gizi), atau Strata Satu Gizi (S.Gz). Dietisien menjadi tenaga kesehatan profesional yang berwenang terhadap gizi individu dan masyarakat yang lebih luas (Lestari, 2022). Dietisien dapat berperan dalam mendiagnosis masalah gizi dan merumuskan cara untuk menanganinya. Dietisien dapat memberikan konsultasi kepada pasien dan bekerja dengan tenaga kesehatan lainnya untuk menunjang kelancaran proses pengobatan.

DOKTER SPESIALIS GIZI

Dokter spesialis gizi merupakan dokter spesialis yang menangani kondisi medis terkait gizi. Terapi gizi yang diberikan dokter gizi disesuaikan dengan keadaan klien, riwayat penyakit, dan masalah gizi yang mungkin muncul akibat penyakit (Lestari, 2022). Dokter spesialis gizi merupakan lulusan magister gizi atau seseorang yang telah melewati pendidikan dokter dan profesi dokter. Setelah itu, ia perlu menjalani program pendidikan spesialis gizi klinik dan mendapatkan gelar sebagai Dokter Spesialis Gizi Klinik (SpGK).

Berbeda dengan ahli diet di rumah sakit, dokter spesialis gizi tidak hanya memberikan saran terkait pola makan dan asupan gizi, tetapi juga memberikan resep obat-obatan dan suplemen, serta mengawasi jalannya terapi gizi seperti pemasangan NGT (Lestari, 2022). Dokter spesialis gizi juga sering kali bekerja sama dengan dietisien untuk menangani pasien atau memberikan edukasi gizi kepada pasien. Pada lingkup masyarakat, mereka dapat bekerja sama dengan nutrisionis untuk melakukan promosi kesehatan.

KESIMPULAN

Ahli gizi, dietisien, dan dokter gizi memiliki kewenangan dan kompetensi yang berbeda. Ahli gizi atau nutritionist merupakan tenaga spesialis yang menyediakan informasi tentang gizi dan masalah kesehatan serta mengedukasi terkait pola makan sehat. Peran dari ahli gizi berfokus pada memberikan saran seputar masalah kesehatan dan gizi serta merumuskan informasi untuk masyarakat atau klien. Berbeda dengan ahli gizi, dietisien adalah seorang registered dietitian yang berperan dalam dalam mendiagnosis masalah gizi dan merumuskan cara untuk menanganinya, sedangkan dokter spesialis gizi merupakan dokter spesialis yang menangani kondisi medis terkait gizi, dan dapat memberikan resep obat-obatan dan suplemen. Ketiganya memang memiliki tugas dan peran yang berbeda, namun semuanya dapat berkolaborasi bersama dalam memenuhi gizi klien.

 
REFERENSI

AIPGI. (2018). STANDAR KOMPETENSI NUTRISIONIS. Retrieved from

https://aipgi.org/home/wp-content/uploads/2019/04/Starkom-NUTRISIONIS.pdf

Lestari, D. A. (2022). Apa Bedanya Ahli Gizi, Dietisien, dan Dokter Gizi?. Hello Sehat. Retrieved from

https://hellosehat.com/nutrisi/beda-nutritionist-ahli-diet-ahli-gizi/


Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page