Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, kebutuhan pelayanan terapi wicara di Indonesia semakin meningkat. Keberadaan terapi wicara ternyata sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menyadari adanya gangguan berbahasa, produksi bicara, literasi, suara, resonansi, kognitif, irama kelancaran, rehabilitasi auditori, hingga gangguan makan dan menelan. Tujuan dari artikel ini adalah untuk membahas apa itu terapi wicara dan bagaimana peran terapi wicara dalam menangani masalah bicara dan menelan.
APA ITU TERAPI WICARA?
Terapi wicara merupakan sebuah terapi yang diterapkan untuk mengatasi berbagai macam permasalahan yang berkaitan dengan komunikasi, seperti keterlambatan berbicara pada anak (speech delay) hingga gangguan berbahasa seperti afasia (Puspita, 2021). Selain itu, terapi wicara juga dapat dilakukan untuk membantu mengatasi berbagai gangguan makan dan menelan. Terapi wicara menjadi perawatan yang meningkatkan kemampuan klien untuk berbicara dan menggunakan keterampilan bahasa lainnya. Terapi ini juga dapat membantu klien mengekspresikan pikiran dan memahami apa yang dikatakan orang lain kepada klien. Selain itu, terapi wicara juga dapat meningkatkan keterampilan seperti ingatan dan kemampuan dalam memecahkan masalah.
KAPAN MEMERLUKAN TERAPI WICARA?
Jika penyedia layanan kesehatan mencurigai bahwa klien memiliki gangguan bicara, penyedia layanan kesehatan akan merekomendasikan beberapa screening atau tes awal. Proses ini akan membantu menentukan penyebab yang mendasari masalah komunikasi.
KONDISI YANG MEMERLUKAN TERAPI WICARA
Terapi wicara dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memiliki gangguan komunikasi. Penyedia layanan kesehatan mungkin merekomendasikan terapi wicara untuk membantu klien dengan kondisi berikut (Cleveland Clinic, 2023):
Afasia: klien dengan afasia dapat mengalami kesulitan membaca, menulis, berbicara, dan memahami bahasa. Kesulitan-kesulitan ini dapat disebabkan oleh stroke atau cedera merusak area otak yang memproses bahasa.
Apraksia: klien dengan apraksia tahu apa yang ingin mereka katakan, tetapi kesulitan menyusun kata-kata.
Gangguan artikulasi: klien dengan gangguan artikulasi tidak dapat menghasilkan bunyi kata tertentu.
Gangguan komunikasi-kognitif: individu dengan gangguan komunikasi-kognitif mungkin memiliki masalah dengan mendengarkan, berbicara, mengingat, dan memecahkan masalah.
Disartria: individu dengan disartria mungkin memiliki ucapan yang lambat atau tidak jelas. Itu terjadi ketika otot yang mengontrol ucapan Anda menjadi lemah. Penyebab umum termasuk stroke, multiple sclerosis (MS), amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau gangguan sistem saraf lainnya.
Gangguan ekspresif: klien dengan gangguan ekspresif mungkin mengalami kesulitan mengeluarkan kata-kata atau menyampaikan pemikiran mereka. Gangguan ekspresif terkait dengan stroke atau peristiwa neurologis lainnya, keterlambatan perkembangan, dan gangguan pendengaran.
Gangguan kelancaran: gangguan ini mempengaruhi kecepatan, aliran, dan ritme bicara. Gagap (bicara yang terputus atau terhalang) adalah gangguan kefasihan. Begitu juga cluttering (ucapan yang menyatu dan cepat).
Gangguan reseptif: gangguan reseptif menyebabkan klien mengalami kesulitan memahami atau memproses apa yang dikatakan orang lain. Orang dengan gangguan ini memiliki kosa kata yang terbatas, kesulitan mengikuti arahan, atau tampak tidak tertarik dalam percakapan.
Gangguan resonansi: gangguan ini mempengaruhi rongga mulut atau hidung. Celah langit-langit, amandel yang bengkak, dan kondisi lain yang mempengaruhi struktur mulut dan hidung dapat menyebabkan gangguan resonansi.
PERAN TERAPIS WICARA
Proses terapi wicara meliputi proses stase awal, ongoing treatment, dan discharge planning. Secara umum, terapis wicara akan membantu klien dalam meningkatkan kemampuan berbicara dan berkomunikasi dengan bahasa. Jenis-jenis terapi wicara yang dibutuhkan bergantung pada beberapa faktor, termasuk usia dan kondisi kesehatan atau tantangan wicara yang mungkin dimiliki.
Contoh peran dari terapis wicara pada anak-anak misalnya (Healthline, 2019):
Berinteraksi melalui berbicara dan bermain, dan menggunakan buku, gambar objek lain sebagai bagian dari intervensi bahasa untuk membantu merangsang perkembangan bahasa
Memperagakan suara dan suku kata yang benar untuk seorang anak selama permainan yang sesuai usia untuk mengajari anak cara membuat suara tertentu
Mmberikan strategi dan pekerjaan rumah bagi anak dan orang tua atau pengasuh tentang cara melakukan terapi wicara di rumah
Contoh peran terapis wicara pada orang dewasa dengan gangguan bicara atau menelan yaitu (Healthline, 2019):
Melatih pemecahan masalah, memori, dan organisasi, dan kegiatan lain yang diarahkan untuk meningkatkan komunikasi
Melakukan percakapan untuk meningkatkan komunikasi sosial
Latihan pernapasan untuk resonansi latihan untuk memperkuat otot mulut
KESIMPULAN
Terapi wicara adalah sebuah terapi yang diterapkan untuk mengatasi berbagai macam permasalahan yang berkaitan dengan komunikasi, gangguan berbahasa, gangguan makan, hingga gangguan menelan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Peran dari terapis wicara dan jenis terapi wicara yang diberikan untuk klien bergantung pada faktor-faktor seperti usia dan derajat keparahan kondisi klien. Contoh peran terapis wicara pada anak misalnya mengajak anak berinteraksi menggunakan objek, sedangkan contoh peran terapis wicara pada orang dewasa misalnya melatih memecahkan masalah, memori, dan kegiatan lain yang dapat meningkatkan komunikasi.
REFERENSI
Cleveland Clinic. (2023). Speech Therapy. Retrieved from
https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/22366-speech-therapy#:~:text=Speech%20therapy%20is%20treatment%20that,and%20ability%20to%20solve%20problems.
Healthline. (2019). What is Speech Therapy?. Retrieved from https://www.healthline.com/health/speech-therapy
Puspita, N. (2021). Terapi Wicara, Lebih dari Sekedar Solusi Keterlambatan Bicara. Retrieved from
https://www.emc.id/id/care-plus/terapi-wicara-lebih-dari-sekedar-solusi-keterlambatan-bicara
Comments